1. Sylvia Plath (1932-1963)
Sylvia Plath adalah seorang penulis dan penyair berkebangsaan Amerika yang dinikahi oleh seorang penyair ternama Ted Hughes. Setelah menikah, barulah bakat menulisnya mulai nampak dan dikenal oleh banyak pemerhati dan kritikus sastra. Padahal ketika masih berumur delapan tahun ia telah memublikasikan puisi-puisinya, dan seakan tidak pernah berhenti memublikasikannya. Selama hidupnya ia telah menerbitkan lusinan judul buku (namun hanya satu yang berisikan puisi), salah satu karyanya yang paling popular adalah novel The Bell Jar (1963). Meski bakat dan pemikirannya luar biasa, namun ia seperti hidup di dalam kegelapan, ia harus berjuang melawan bipolar (kelainan jiwa). Di usia 30 tahun, Sylvia pun harus menembak dirinya sendiri untuk mengakhiri penderitaannya.
2. Susanna Kaysen (1948-2011)
Suzanna Kaysen menuliskan “Girl, Interrupted” di tahun 1993. Sebuah karya yang berisikan kenangannya ketika menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa MacLean Psychiatric pada 1967. Ia menjalani perawatan selama delapan bulan, akibat deprese dan kelainan kepribadian. Pada 1999, James Mangol membuat film yang mengadaptasi bukunya tersebut. Di dalam film tersebut Suzanna diperankan oleh artis cantik Winona Ryder dan ditemani oleh Angelina Jolie.
3. Zelda Fitzgerald (1900-1948)
Zelda Fritzgerald seorang penulis yang dinikahi oleh penulis terkenal Francis Scott Fritzgerald pada 1920. Keduanya merupakan anggota dari sebuah perkumpulan sastrawan di Amerika Serikat dan Eropa. Pasangan penulis ini dikenal dengan gaya hidupnya yang gemerlap, maka tidak heran jika suaminya Scott lumpuh akibat keracunan alkohol. Sementara Zelda sendiri menderita ketidakstabilan emosi. Bahkan pada 1930 ia didiagnosa menderita skizofrenia. Pada 1932 ia harus dirawat di klinik kesehatan jiwa di Towson, di tempat itulah ia kemudian menuliskan “Save Me the Waltz”, sebuah novel otobiografi mengenai kehidupannya. Zelda menghembuskan nafas terakhirnya pada 1948, ia meninggal akibat rumah sakit tempatnya dirawat mengalami kebakaran.
4. Aloise Corbaz (1888-1964)
Aloize adalah seniwati asal Swiss. Selama peristiwa Perang Dunia I ia dikabarkan telah menjalani perawatan. Namun Ia mulai menggambar dan melukis pada 1920, ketika Jean Dubuffet (teoritikus, yang menciptakan Konsep Art Brut), mengajaknya untuk bekerja sama di dalam sebuah pameran. Bahkan Aloize pun akhirnya dikenal sebagai seniwati penggerak konsep Art Brut.
5. Camille Claudel (1864-1943)
Camille Claudel seorang seniwati pahat popular berkebangsaan Perancis. Ia mulai mencuat namanya ketika menikah dengan seorang guru, Auguste Rodin. Sebenarnya August adalah gurunya yang menemukan dan membantu mengembangkan bakat Camille. Bahkan August tidak segan-segan meminta pendapat dari Camille atas karya yang dibuatnya, setelah itu barulah mereka terlibat dalam pembuatan pahatan secara bersama-sama. Saat mereka menjadi terkenal, keduanya masih seorang guru dan murid. Setelah cukup percaya diri, Camille pun seringkali tampil dengan karyanya seorang diri, namun hal tersebut ternyata tidak membuat namanya semakin popular di kalangan dunia seni. Pada 1913 menjalani perawatan di sebuah rumah sakit Jiwa di Perancis selama sisa hidupnya. Di tempat tersebut ia terlihat begitu 6enderita, bahkan gairah seni yang mengalir di dalam darahnya tidak terwujudkan ke dalam sebuah karya pahat. Hanya beberapa orang yang mengunjunginya, termasuk saudara laki-lakinya. Camille meninggal pada 1943 akibat malnutrisi yang dideritanya di rumah sakit. Kisah hidupnya pun dijadikan sebuah film yang dibintangi artis cantik Perancis, Isabelle Adjani.
Mary Barnes adalah seorang pelukis berdarah Inggris yang didiagnosa menderita skizofrenia. Ia secara terus terang mengakuinya di dalam sebuah acara komunitas experimental and anti-psychiatry yang berlangsung di Kingsley hall, London. Komunitas ini bertujuan untuk mengobati para pasien tanpa meminta bantuan ahli kejiwaa ataupun psikiater. Ia pun berhasil dan dinyatakan sembuh dari skizofrenia yang dideritanya. Nama Mary Barnes pun semakin dikenal sebagai pelukis perempuan yang sukses.
Di urutan kesepuluh ini ada seorang penulis dan penyair yang suaranya lantang, ia Emma Santos. Pada 1970 ia menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Roger Gentis sang dokter, menyuruhnya untuk menuliskan pengalaman hidupnya. Ia menerbitkan delapan buah buku, yang diinspirasi oleh pengalamannya ketika berada di dalam rumah sakit jiwa.
6. Unica Zurn (1916-1970)
Unica Zurn adalah seorang penulis berkebangsaan Jerman, namun meskipun berasal dari sebuah keluarga kaya ia tidak memiliki emosi yang stabil. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang seniman Hans Bellmer, yang mengenalkannya kepada pergerakan seni surealistis yang saat itu sedang popular. Ia pun kemudian tergerak dan mencoba bereksperimen, dengan annagram dan menggambar, dan bakatnya itu membawanya ke pameran di galeri Springer, Berlin.
Beberapa tahun kemudian ia bertemu dengan seorang penulis surealistis bernama Henri Michaux, mereka pun menjalin pertemanan yang sangat erat. Hubungan tersebut pun membuat Unica menuliskan sebuah puisi “Der Mann I’m Jasmin,” sebuah puisi yang mengisahkan tentang seorang lelaki yang dicintainya. Namun setelah itu ia dinyatakan menderita kelainan jiwa, depresi dan psikosis. Ia bahkan pernah berusha melakukan bunuh diri. Ia mengalami perawatan di dua rumah sakit jiwa yang berbeda, di Prancis dan di Jerman. Sampai akhirnya ia melakukan bunuh diri pada 1970.
7. Mary Barnes (1923-2001)
Mary Barnes adalah seorang pelukis berdarah Inggris yang didiagnosa menderita skizofrenia. Ia secara terus terang mengakuinya di dalam sebuah acara komunitas experimental and anti-psychiatry yang berlangsung di Kingsley hall, London. Komunitas ini bertujuan untuk mengobati para pasien tanpa meminta bantuan ahli kejiwaa ataupun psikiater. Ia pun berhasil dan dinyatakan sembuh dari skizofrenia yang dideritanya. Nama Mary Barnes pun semakin dikenal sebagai pelukis perempuan yang sukses.
8. Janet Frame (1924-2004)
Janet Frame, seorang penulis berkebangsaan asal Selandia Baru. Ia pernah mengalami peristiwa pahit semasa kecilnya, yakni ketika dua orang saudara perempuannya yang tewas tenggelam. Pengalaman tersebut itu kemudian pun selalu menghantuinya. Hingga pada 1945, ia didiagnosa menderita skizofrenia dan harus menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Selama berada di rumah sakit tersebut, beberapa kali ia harus mendapatkan terapi kejut listrik. Namun selama berada di balik tembok tersebut, Janet pun mulai giat menulis. Dan tulisannya itu pula yang menyelamatkannya dari sebuah operasi bedah otak. Pada1961, ia menerbitkan novel “Faces in The Water,” sebuah kisah pengalamannya ketika berada di rumah sakit jiwa. Ia meninggal pada 2004 akibat leukemia, ia adalah satu-satunya penulis Selandia Baru yang mendapatkan nobel. Kehidupannya diabadikan ke film layar lebar berjudul “An Angel at My Table,” yang disutradarai Jane Campion.
9. Valerie Valere (1961-1982)
Valeri Valere menjalani perawatan di rumah sakit jiwa saat berusia 13 tahun, akibat anaroxia. Ia menjalani perawatan selama beberapa bulan, yang membuatnya trauma mendalam. Beberapa tahun setelah keluar dari rumah sakit, ia pun menuliskan biografi (Le Pavillon des infants fous) mengenai dirinya ketika berada di rumah sakit jiwa. Ketika buku tersebut diterbitkan, namanya menjadi terkenal di Perancis. Untuk kali pertamanya publik mendengarkan curahan hati seorang Valere melalui buku tersebut. Valere meninggal di usia 21 tahun, penyebab kematiannya pun masih simpang siur, ada yang mengatakan bahwa Velere meninggal akibat overdosis.
10. Emma Santos (1943-1983)
Di urutan kesepuluh ini ada seorang penulis dan penyair yang suaranya lantang, ia Emma Santos. Pada 1970 ia menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Roger Gentis sang dokter, menyuruhnya untuk menuliskan pengalaman hidupnya. Ia menerbitkan delapan buah buku, yang diinspirasi oleh pengalamannya ketika berada di dalam rumah sakit jiwa.